Main » 2008»November»15 » Denger-denger baru-baru ini muncul monster di Ancol Getoh..?
Denger-denger baru-baru ini muncul monster di Ancol Getoh..?
5:31 PM
Beberapa waktu lalu, saya mendapati sebuah video postingan di
forum kaskus. Video yang berdurasi hanya beberapa menit itu
menayangkan gambar rekaman hewan semacam kutu air yang memangsa habis bangkai
seekor ikan hanya dalam hitungan detik, mirip-mirip gerombolan piranha
yang menyantap mangsanya di pedalaman amazon sono.
Terus ada juga judul yang membuat orang penasaran sekaligus mendongkrak
postingan tersebut menjadi hot thread di kaskus, bahkan beberapa
blogger dan wordpress juga kebagian BOTD ketika menampilkan video tersebut
(MONSTER ANCOL) dan Ancol disebut karena video tersebut diambil di
pantai Ancol, sebuah kawasan pariwisata pantai Jakarta.
Konon WALHI
juga berkomentar tentang keberadaan ‘monster tersebut’, bahkan mengatakan
pencemaran yang terjadi di pantai Ancol bertanggung jawab atas
munculnya monster tersebut.
Benarkah adanya monster tersebut?
Jika benar keberadaannya, tentu saja kehadiran spesies mirip
predator yang mengerikan itu akan mengancam paling tidak dunia bisnis
PT. Jaya Ancol, dan lalu pariwisata pantai Indonesia pada umumnya,
serta jangan lupa, ancaman kelaparan gizi dari ikan jika manusia kalah
bersaing dengan para monster tersebut, atau akankah seperti di
film-film fiksi hollywood?
Jika benar adanya monster tersebut, tentu itu menjadi sebuah berita
bagus sekaligus tantangan bagi dunia penelitian Indonesia, sebuah
spesies baru ditemukan.
Mengacu pada komentar WALHI yang tidak mengherankan munculnya
monster Ancol dengan pencemaran oleh limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3), saya menyimpulkan bahwa WALHI ingin mengatakan bahwa sebuah
spesies jenis kutu air telah bermutasi atau lebih tepatnya bermutasi
menjadi jenis spesies baru yang lebih ganas.
Mutasi?! Saya merasa aneh, adakah mutasi pada dapat merubah makhluk
hidup menjadi sesuatu yang lain dari fisik, sifat dan perilakunya..
Saya bukan ahli biologi, tetapi saya pernah membaca bahwa tidak ada
mutasi apapun yang dapat mempengaruhi sebuah spesies menjadi lain dari
perilaku atau menjadi spesies yang sama sekali baru.
Mutasi didefinisikan sebagai pemutusan atau penggantian yang terjadi
pada molekul DNA, yang terdapat dalam inti sel makhluk hidup dan berisi
semua informasi genetis. Pemutusan atau penggantian ini diakibatkan
pengaruh-pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi. Setiap
mutasi adalah “kecelakaan” dan merusak nukleotida-nukleotida yang
membangun DNA atau mengubah posisinya. Hampir selalu, mutasi
menyebabkan kerusakan dan perubahan yang sedemikian parah sehingga
tidak dapat diperbaiki oleh sel tersebut.
Mutasi, yang sering dijadikan tempat berlindung evolusionis, bukan
tongkat sihir yang dapat mengubah makhluk hidup ke bentuk yang lebih
maju dan sempurna. Akibat langsung mutasi sungguh berbahaya.
Perubahan-perubahan akibat mutasi hanya akan be-rupa kematian, cacat
dan abnormalitas, seperti yang dialami oleh penduduk Hiroshima,
Nagasaki dan Chernobyl.
Monster ancol atau entah apa namanya, jelas bukan makhluk yang
keracunan limbah lalu berubah laiknya Peter Parker yang keracunan bisa
laba-laba lalu berubah jadi spiderman, atau musuhnya yang seorang
peneliti, karena kecelakan ia berubah jadi makhluk menyeramkan
bertangan gurita.
Monster ancol mungkin saja spesies yang sama sekali baru, seperti
penemuan spesies-spesies baru yang kini marak. Konon fenomena penemuan
spesies-spesies yang belum pernah tercatat kini lebih kerap terjadi,
setiap 2 tahun, bahkan di hutan kalimantan. Di sana, beberapa tahun
lalu pernah terekam kamera pengintai seekor spesies mirip kucing yang
belum pernah dikenal sama sekali.
Jika benar kemunculan monster ancol ini, maka akan sangat berdampak
buruk bagi sumber daya kelautan Indonesia. Jika segera tidak dilakukan
langkah-langkah semestinya dari instansi yang berkepentingan, isu tidak
benar seperti mutasi sebagainya akan memperburuk citra indonesia.
Sia-sia saja kedatangan pangeran charles beberapa waktu lalu yang
diusahakan mendongkrak image pariwisata indonesia.